Dana BLM Pemurus
Hanya untuk Urus Jalan

Sejak
2008 jalan 2,5 kilometer di sana diperbaiki dengan cara pemasiran menggunakan
dana BLM Rp 100 juta. Jembatan Sungai Kiapu sepanjang 70 meter pun dibangun
pada 2009 dengan dana BLM Rp 60 juta. Ke 2010 kebutuhan membangun tiga jembatan
kayu ulin terdanai Rp 40 juta. Kemudian datang gelombang pasang, jalan tergerus
dan rusak. Maka BLM 2011 turun digunakan untuk pemasiran ulang jalan desa
sebesar Rp 100 juta.
Setahun
kemudian, jalan kembali rusak. Maka BLM 2013 sebesar Rp 78 juta kembali hanya
untuk mengurus ruas 885 meter jalan yang terkena "tsunami" gelombang
pasang. Pada 2012 BLM digunakan membangun jembatan penyeberangan ke desa
tetangga, Jambu Burung Kecamatan Beruntung Baru. "Untuk kegiatan 2014 kami
tetap mengusulkan perbaikan jalan dengan pemasiran dan perbaikan jembatan
kayu," kata kepala desa Ahmad Fauzi.
Konsekuensinya,
dia harus turun tangan langsung menyelesaikan tunggakan kelompok SPP Nurul
Asiah Rp 4.690.000 dan Nurul Huda Rp 3.834.000 agar tetap bisa mendapat BLM
tahun 2014. Pengurus kelompok bahkan sudah menyerahkan delapan borongan tanah
sawah kepada UPK. Tanah itu disewakan, hasilnya untuk melunasi tunggakan. Itu
demi perbaikan jalan bisa terdanai tahun depan.
Ketua
Tim Pelaksana Kegiatan, Juanda, didampingi bendahara Sahriansyah, menyebut
perbaikan jalan jika hanya dengan pamasiran seperti selama ini rawan tergerus
air pasang. "Secara teknis memang harus dibuatkan siring beton dulu, baru
diuruk sirtu. Tapi itu butuh dana besar," ujarnya.
Ketua
Forum Musyawarah Antar-Desa (MAD) Aluh-aluh, H Asmail Husin sependapat,
perbaikan jalan di wilayah Aluh-aluh memang harus dibuatkan siring beton dulu,
baru diuruk. Tapi itu memang memerlukan dana besar, dan BLM tidak mungkin
mencukupi. (kie)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar