Desa
Berdaya di Tahura
SELURUH warga Desa Balangian di Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, siang di akhir Oktober
2013 berkumpul di bawah tenda seberang jembatan gantung yang baru saja selesai
mereka bangun. Musyawarah Desa Serah Terima (MDST), bagian penting dari proses
pembangunan partisipatif yang dilaksanakan oleh TPK (Tim Pelaksana Kegiatan)
dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di desa
berpenduduk sekitar 300 jiwa dari 100 kepala keluarga itu disaksikan seluruh
warga. Ketua TPK Kariadi melaporkan, dana BLM untuk membangun jembatan itu Rp
223.147.000 dengan operasional TPK Rp 7.046.0000 dan operasional UPK Rp
4.697.000. Keberdayaan masyarakat terlihat dari swadaya senilai Rp 133.238.000
berupa gotong royong mengolah dan mengangkut material kayu ulin limbah
sisa-sisa tebangan di kawasan hutan pegunungan. Jembatan dengan panjang 50 meter dan lebar 1,8 meter itu diserahkan
kepada tim pemelihara yang diketuai Gusti Rizal dibantu Junaidi dan Ainul Khoir.
Kepala Desa Fahruddin
menyadari. Balangian merupakan satu dari 10 desa di Aranio yang menjadi
"korban" dari pembangunan telaga raksasa Waduk Riam Kanan. Untuk
mencapai desa yang terisolasi di pinggir telaga itu harus ditempuh dengan
perahu klotok sekitar dua jam dari kecamatan. "Penghasilan warga di sini
semua bertani, tanam kacang tanah dan sayur-sayuran, serta menangkap ikan"
ujar Fahruddin. Lahan yang mereka pakai
semua bukan hak milik.
Sebab desa-desa di pinggir telaga itu berada di Taman
Hutan Raya (Tahura), kawasan konservasi yang tak boleh dibangun infrastruktur
apa pun. Namun warga tak punya pilihan lain, tetap memanfaatkan tanah untuk
bercocok tanam. Jembatan gantung sangat dibutuhkan untuk melintas dari kawasan
perkambungan ke lahan pertanian mereka. Kehadiran PNPM Mandiri Perdesaan dimanfaatkan
betul oleh masyarakat mengusulkan pembuatan jembatan itu. "Sebelum ada jembatan warga menggunakan
rakit untuk menyeberang sungai ke lahan pertanian. Bulan Juli lalu ada dua anak
tenggelam di sungai dan meninggal sepulang dari kebun membantu orang
tuanya," ujar Kades.
Sekdes Ainul Khoir mengungkapkan, pendapatan
dari berkebun kacang tanah sekali panen satu
KK rata-rata 200 kaleng atau 800 kilogram tanpa dipupuk dengan penanaman bibit
50 kilogram. "Setahun dua kali panen. Harga per kilogram Rp 15 ribu.
Kacang tanah Balangian sudah terkenal enak, manis karena
tanpa dipupuk. Penghasilan lain, dari tanaman cabe, rata-rata produksi
dari Balangian seminggu satu ton," papar Ainul Khoir. Sedangkan untuk tangkapan ikan di musim
panen, harga sekilo kadang hanya Rp 3 ribu. Karena itu, dalam sosialisasi PNPM ,
seorang ibu mengusulkan perlu diberikan pelatihan pengolahan abon ikan. Juga
pelatihan pengolahan kacang tanah agar mereka bisa memperoleh nilai tambah, tak
sekadar menjual bahan mentah.
Faskab Zaynah Amini bersama Fastekab Andi Alen
menyertai Fasilitator Kecamatan (FK) Sis Itratuna dan Fasilitator Teknik (FT)
Joko Sunaryo berpesan kepada warga untuk merawat jembatan. Tim pemelihara sudah
menyiapkan anggaran agar jembatan bisa awet. (kie)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar