Senin, 11 November 2013

Balangian Bangun Jembatan Gantung


Desa Berdaya di Tahura

SELURUH warga Desa Balangian di Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, siang di akhir Oktober 2013 berkumpul di bawah tenda seberang jembatan gantung yang baru saja selesai mereka bangun. Musyawarah Desa Serah Terima (MDST), bagian penting dari proses pembangunan partisipatif yang dilaksanakan oleh TPK (Tim Pelaksana Kegiatan) dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di desa berpenduduk sekitar 300 jiwa dari 100 kepala keluarga itu disaksikan seluruh warga. Ketua TPK Kariadi melaporkan, dana BLM untuk membangun jembatan itu Rp 223.147.000 dengan operasional TPK Rp 7.046.0000 dan operasional UPK Rp 4.697.000. Keberdayaan masyarakat terlihat dari swadaya senilai Rp 133.238.000 berupa gotong royong mengolah dan mengangkut material kayu ulin limbah sisa-sisa tebangan di kawasan hutan pegunungan. Jembatan dengan panjang  50 meter dan lebar 1,8 meter itu diserahkan kepada tim pemelihara yang diketuai Gusti Rizal dibantu Junaidi dan  Ainul Khoir.
Kepala Desa Fahruddin menyadari. Balangian merupakan satu dari 10 desa di Aranio yang menjadi "korban" dari pembangunan telaga raksasa Waduk Riam Kanan. Untuk mencapai desa yang terisolasi di pinggir telaga itu harus ditempuh dengan perahu klotok sekitar dua jam dari kecamatan. "Penghasilan warga di sini semua bertani, tanam kacang tanah dan sayur-sayuran, serta menangkap ikan" ujar Fahruddin.  Lahan yang mereka pakai semua bukan hak milik. 
Sebab desa-desa di pinggir telaga itu berada di Taman Hutan Raya (Tahura), kawasan konservasi yang tak boleh dibangun infrastruktur apa pun. Namun warga tak punya pilihan lain, tetap memanfaatkan tanah untuk bercocok tanam. Jembatan gantung sangat dibutuhkan untuk melintas dari kawasan perkambungan ke lahan pertanian mereka.  Kehadiran PNPM Mandiri Perdesaan dimanfaatkan betul oleh masyarakat mengusulkan pembuatan jembatan itu.  "Sebelum ada jembatan warga menggunakan rakit untuk menyeberang sungai ke lahan pertanian. Bulan Juli lalu ada dua anak tenggelam di sungai dan meninggal sepulang dari kebun membantu orang tuanya," ujar Kades.
Sekdes Ainul Khoir mengungkapkan, pendapatan dari berkebun kacang tanah sekali panen  satu KK rata-rata 200 kaleng atau 800 kilogram tanpa dipupuk dengan penanaman bibit 50 kilogram. "Setahun dua kali panen. Harga per kilogram Rp 15 ribu. Kacang tanah Balangian sudah terkenal enak,  manis karena  tanpa dipupuk. Penghasilan lain, dari tanaman cabe, rata-rata produksi dari Balangian seminggu satu ton," papar Ainul Khoir.  Sedangkan untuk tangkapan ikan di musim panen, harga sekilo kadang hanya Rp 3 ribu. Karena itu, dalam sosialisasi PNPM , seorang ibu mengusulkan perlu diberikan pelatihan pengolahan abon ikan. Juga pelatihan pengolahan kacang tanah agar mereka bisa memperoleh nilai tambah, tak sekadar menjual bahan mentah.


Faskab Zaynah Amini bersama Fastekab Andi Alen menyertai Fasilitator Kecamatan (FK) Sis Itratuna dan Fasilitator Teknik (FT) Joko Sunaryo berpesan kepada warga untuk merawat jembatan. Tim pemelihara sudah menyiapkan anggaran agar jembatan bisa awet. (kie)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar