Sewa Kelotok Rp 200 Ribu
untuk Setor ke UPK
Meskipun
kelompok simpan pinjam khusus perempuan (SPP) di Kuripan Kabupaten Barito Kuala
(Batola) berada di desa-desa terpencil yang hanya bisa dijangkau dengan
transportasi perahu kelotok, namun mereka tetap lancar menyicil angsuran ke kantor
UPK (Unit Pengelola Kegiatan). Dari catatan sekretaris UPK Yeni Mariska dan
bendahara Ratna Juita, ada 25 kelompok SPP yang tersebar di tujuh desa. “Alhamdulillah,
mereka semua lancar membayar cicilan
pinjaman tiap bulan,” ujar Yeni Mariska saat menerima tim supervisi faskab,
Selasa (10/12) lalu
.
Saat
bersamaan, salah satu ketua kelompok SPP dari
enam kelompok SPP di Desa Kuripan Al Hidayah 1, Sarah, tengah setor
angsuran ke-10 dari 20 orang anggotanya sebesar Rp 6.738.000. “Semua anggota lancar, tak ada tunggakan. Kami
dulu pinjam Rp 4 juta per orang untuk modal pembuatan dan dagang kue yang
disetor ke warung-warung. Sebagian anggota memanfaatkan modal pinjaman SPP
untuk membuat tikar anyaman purun,” papar Sarah.
Ratna
Juita memaparkan, kelompak terbanyak memang di Desa Kuripan dan Rimbun Tulang
dengan 8 kelompok. Dua desa itu berada dalam “satu daratan” yang bisa dijangkau
dari kota kecamatan dengan sepeda motor. Lima desa lain, seperti Kapuas Baru
dan Kabuau pada musim air Sungai Barito pasang tak bisa dijangkau dengan
transportasi darat.
Apalagi
Desa Tabatan, Tabatan Baru, dan Jarenang harus dengan perahu kelotok. Untuk
desa terjauh, jika kelompok SPP akan setor ke UPK harus sewa kelotok Rp 200
ribu. Begitu pun saat UPK harus setor ke bank di Marabahan, ibu kota Kabupaten
Batola, harus mengeluarkan ongkos besar. Maklum, Kuripan merupakan kecamatan
terpencil, sejalur dengan Kecamatan Paminggir Kabupaten Hulu Sungai Utara yang
berada di daerah aliran sungai Barito berbatasan dengan Kalimantan Tengah.
Setiap
bulan ada perguliran, dan ada yang masuk daftar tunggu. “Yang hendak
diverifikasi untuk perguliran dua bulan lagi sebanyak tujuh kelompok, dua masuk
reguler yang sudah pernah masuk tahun 2009,” papar Yeni Mariska.
Sejauh ini, kelompok yang lancar
menyicil angsuran
memang kelompok lama. Kelompok baru hanya ada satu.

Adanya
kelompok SPP lama yang dinilai sudah berdaya, seperti Kelompok Al Husna yang
beranggota 20 orang, sudah bisa diberikan pinjaman per orang Rp 5 juta, dan
uang jasa naik dari 13,5% menjadi 14%
pada perguliran Desember ini. “Tiap bulan setoran masuk Rp 100 jutaan, sehingga
pada Desember ada Rp 200 juta yang akan digulirkan lagi ke kelompok yang sudah
mengajukan proposal,” tambah Juita.
Sampai
kini aset produktif UPK Kuripan Rp 758.065.000 dari modal awal Rp 531 juta, atau
naik 45%. “Kami pernah dua kali pembagian surplus untuk 2012 dan 2013.
Masing-masing untuk kegiatan sunatan masal bagi anggota keluarga RTM. Di tahun
2013 ini sunatan masal per anak dialokasikan Rp 250 ribu untuk ongkos sunat dan memberi sarung
dan peci bagi 50 anak. Nilai surplus untuk sunatan masal sebesar Rp 11.824.000,”
paparnya lagi. (tim UPK)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar